Kamis, 03 November 2011

Maaf kami tidak menyukai Ford Foundation

2 hari sebelum taggal 1 November.
"apa yang lagi yang bisa dikata selain kata maaf..."

Ada ajakan untuk mengisi perform akustik di sebuah acara peluncuran buku, senang sekali rasanya lama tidak bermusik dan apalagi yang memberi ajakan adalah teman lama dan yang spesial adalah acaranya yang diadakan Taring Padi dengan buku karyanya yang berjudul Seni Membongkar Tirani,,,,girang sekali rasanya...mungkin kalau ada yang melihat ada rona merah muda di pipiku heheheehe...

Berita untuk main di acara peluncuran buku itu aku informasikan kepada teman-teman Pispot yang lain, seperti biasanya mereka menjawab singkat dengan satu kata dan satu kosa kata "OK"

Laju motorku menyusuri liukan aspal dari Bondowoso menuju Jember,motor agak rewel tapi harus sampai tujuan hehehe, semangat sudah di kandung badan...

Sampai di gang kecil di jalan A.yani Jember menemui kawan-kawan di Green House tempat biasanya kami bertemu bercengkrama,bermusik dan melakukan hal-hal kreatif yang menyenangkan lainnya.

Ada Samsenk yang lagi menghadap komputer sibuk melayani membuat desain undangan seorang kawan dan calon istrinya, karena Samsenk sibuk aku coba memanfaatkan waktu sebelum briefing dan sedikit latihan untuk besok,Wawan juga sibuk mengirim cucian-cucian laundry-nya. akhirnya Bindan menangkap sinyal bahwa aku lagi ingin berbuat sesuatu...maka Bindan menawarkan diri untuk sekedar jalan-jalan sambil mencari buah mangga muda kesuakaannya

Bermotor bersama Bindan menyusuri A.Yani belok ke Gladak Kembar masuk ke Jalan Sumatra sedikit pelan di ramainya perempatan DPR terus menuju Jalan Kalimantan sampai di perempatan Mastrip kami ambil jalan menuju arah Kaliurang, sambil menoleh ke kanan kiri mencari pedagang mangga di pinggir jalan, enak-enak ngobrol ngalor ngidul. tiba-tiba kita melewati banner acara peluncuran buku itu tergantung di sebeuh pohon,banner itu memang berada di tempat strategis, melihat desain khas Taring Padi dengan isu-isu dan gambaryang indah dan punya nilai seni yang tak bisa di pungkiri  ini adalah seni grafis yang estetis, sekilas saja aku melihatnya,senang juga rasanya bakal main di acara itu. membayangkan berkumpul kawan-kawan yang punya kesenangan yang sama..

Tiba-tiba Bindan berkata "lho kok onok logone Ford Foundation" sambil tetap stay cool mengemudi..." Iyo tha ?! mosok ndan !?" aku kaget dan tak percaya...motor terus berjalan  aku masih memikirkan apa yang dilihat Bindan di banner itu. 

Singkat cerita aku dan Bindan sudah berada di Family studio Tato dan Distro milik kawan-kawan di Jalan Karimata..di sanalah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri logo Ford Foundation menghiasi pamflet acara  peluncuran buku..

..................................

Setelah sampai kembali di Green House,Samsenk sudah mulai santai,pekerjaanya sudah selesai, dan Wawan juga begitu, tidak ada obrolan berarti.. Wawan dan Samsenk sudah menempelkan jarinya pada gitar,aku mencoba mengingat-ingat lirik-lirik.

Beberapa saat kemudian setelah bernyanyi-nyanyi,aku memutuskan pulang menuju Bondowoso..

...............................

Seperti janji yang telah aku ucapkan pada teman-teman sebelumnya,aku akan menginap di Jember sebelum keesokannya main di acara Taring padi...

Di teras rumah di piggir gang aku,Wawan,dan Samsenk mulai bergitar dan bercuap-cuap..coba memainkan semua koleksi lagu Pispot yang memang tidak banyak.

Selesai latihan aku coba membuat obrolan tentang logo kecil di bawah banner itu, ternyata tak di nyana mereka semua sudah tahu hal itu dan mereka menunggu reaksiku .

Sebenarnya setelah bersama-sama bertahun-tahun kita sama-sama tahu bagaimana harus bersikap...kami  memutuskan untuk menanyakan tentang benarkah pemilik logo itu adalah Ford Foundation yang kami kenal,pertanyaan itu ditujukan kepada Taring Padi dan di tanyakan atas nama Pispot. Kami tidak bisa berprasangka karena belum tahu kebenarannya..

keesokan harinya .........

Hujan deras mengguyur Jember sore itu,aku  terjebak hujan di Green House..Samsenk sibuk mengobrol dengan seorang ibu yang merupakan teman dari keluarganya, kita sama-sama sibuk menanti hujan reda...aku melihat jam di ponselku sudah jam 3 lewat.padahal acara diskusi panel acara bedah buku itu dimulai jam 3 dalam jadwal...

Beberapa menit kemudian hujan berganti rintik gerimis,aku memutuskan berangkat sambil menghampiri Wawan di rumah ex-Gerimis di Jalan Sumatra..
 .....................................

Beberapa menit kemudiaan ada pesan singkat masuk di ponselku,diskusi belum mulai,aku dan Wawan memutuskan untuk tidak menuju ke gedung tempat acara itu dulu.kami mampir warung di sebelah gedung untuk makan.

Tepat sebelum suapan terakhir tiba-tiba ada pesan singkat masuk...acara udah di mulai...aku sedikit terburu  mengakhiri ritual...

Memasuki gedung di belakang PMI di ujung timur Jalan Jawa ini,tampak baliho,banner dan poster-poster bergambar perjuangan,perlawanan,dan pesan-pesan kemanusiaan...wow takjub juga dengan kemasannya..

Diskusi baru mulai,masih perkenalan para pembicara, ada Zaki (orang yang mengirimkan pesan di ponselku) sebagai moderator,Arys Aditya sebagai pembanding dan pria gondrong berkumis bernama Yusuf yang kemudian di panggil Ucup .

Pertanyaaan pertama mulai di lontarkan tentang sepak terjang Taring Padi berkarya...mungkin ini pertanyaan  gak penting lagian siapa yang tidak mengenal Taring Padi, kiprahnya dalam seni dan pergerakan di awal reformasi,militansi dan radikalisme mereka berkarya menentang kekejaman kekuasaan.

Tapi ada yang menarik dari pertanyaan yang meluncur dari Arys pertanyaan tentang mengapa Taring Padi bekerja sama dengan Ford foundation. pertanyaan itu menarik karena senada dengan apa yang ada di benak kami (Pispot).

Pertanyaan  itu di jawab dengan ringan saja seperti seolah canda dan sebuah statement dari Taring Padi tentang sebuah sikap dilematis dan penuh pertimbangan,dan akhirnya permisif. Pertanyaan yang sama aku tanyakan kembali apakah benar-benar Ford Foundation yang kita kenal,Ford Foundation yang telah memberi beasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UI untuk sekolah di Universitas Berkely di Amerika, dimana sekarang para penerima beasiswa ini yang membawa Indonesia menuju era liberaslisai ekonomi dan meninggalkan ekonomi kerakyatannya,dan apakah benar-benar Ford Foundation yang memberi sokongan dana pada aksi brutal militer Indonesia untuk memberlakukan undang-undang subversif berkedok memberantas makar dan pemberontakan pada masa Orba,apakah benar-benar Ford Foundation yang memiliki beragam dosa itu.

Pertanyaan itu di jawab Ucup dengan penuh nada permisif terhadap tindakan Ford Foundation,dia juga mengakui mengetahui  kiprah Ford Foundation, tapi Ucup kembali menegaskan bahwa mereka tidak di dikte oleh penyandang dana dalam karyanya dan itu cukup.

Aku dan Wawan terdiam,mencoba memahami,tapi ternyata kami tak paham,mengapa mereka bisa berubah sikap hanya karena sokongan dana untuk menerbitkan sebuah buku yang esklusif dan collecteble itu,mereka menjilat ludah sendiri menerima dana dari organisasi milik keluarga Ford yang telah membuat para tentara yang tidak tahu apa-apa di perintah membantai bangsa sendiri.menerima dana dari oraganisasi yang membuat mahasiswa lugu di cuci otaknya dan mengkhianati rakyatnya dengan memberlakukan kebijakan ekonomi yang berpihak pada kepentingan pemodal,dan permisif terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi akibat sambutan mereka terhadap kedatangan Ford Foundation secara terang-terangan di Indonesia.

Belum usai si Ucup berbicara aku dan Wawan memutuskan pulang,pamit pada teman-teman yang hadir di sana bersalaman dan meminta maaf tidak akan tampil di acara ini.