Jumat, 01 April 2011

Kebahagiaan Sesungguhnya Ketika Sudah Kutemukan Tujuan Hidup


31 maret 2011 dan sekelebat bayangan Rachel Corrie
         
Setumpukan order dan pekerjaan yang harus selesai besok memaksa saya, yang sudah sumpek dan lelah ini untuk bekerja ekstra larut malam ini.

Yah,… jika ku ingat2 kembali kadang aku sungguh muak mengabdi dan melacur pada sistem ekonomi brengsek ini. Bagaimana tidak !! … setelah bertahun – tahun mengabdi pada kapitalisme ini engkau justru harus bekerja lebih gila dari yang kau butuhkan hanya sekedar mengobati sementara ketakutan – ketakutanmu akan masa depan.

Seperti bayangan teror yang mencekam tentang bagaimana aku, keluargaku, saudaraku, sahabatku, ketika kelak sudah tidak mampu lagi menjadi mesin-mesin budak. Hingga hukum “tuhan ekonomi” ini akan mengganjarmu dengan kemiskinan, himpitan kelaparan, mengakhiri hidup dengan susah payah.

Inilah pilihan hidup kawan, ini jaman kompetensi dimana semua hubungan selalu bernilai untung-rugi dan pasar adalah sang pemegang kendali. Dan pilihan itu hanyalah kau harus bekerja A atau B atau C dan seterusnya…. dengan cara A cara B cara C dst,… toh semua pilihan juga berakhir sama, engkau harus berlari semakin cepat, lebih cepat saling berebut kesempatan di bursa kerja, sekolah lebih tinggi untuk sekedar memenuhi standar kualifikasi dan sesudah itu hari-hari berhiaskan peluh berjibaku dengan segala tagihan, kebutuhan, biaya hidup, tuntutan masa depan, kemapanan, menyumbang pajak, …..dst….. yah…membayar dan membayar segala sesuatu adalah ibadah rutin yang harus kita lakukan tanpa berani bertanya …”untuk apa itu semua..?”
Pukul 23:03…… mesin masih menyala…. berdengung…..berputar…… masih 20 menit lagi sampai pekerjaan ekstra “sukapaksa” ini selesai. track no: 6,7,8 Give up the ghost,…  codex … separator dari album baru radiohead mengalun bergantian menemani kejemuan saya.
Jalanan kecil di depan kontrakan yang sore tadi begitu riuh ramai mahasiswa berlalu lalang, kini tampak gelap dan sunyi. Lampu depan kumatikan , sambil menunggu aku mencoba menikmati malam ini dengan mengingat beberapa kejadian dan peristiwa yang pernah terjadi di bulan maret, setidaknya hal-hal pernah berkesan buatku. ……….. lima menit………………sepuluh menit……hahahahhaha…..aku menertawakan diriku sendiri. Yah…. Hebat bukan ???  Aku sudah banyak melupakan begitu banyak peristiwa, begitu banyak proses pemikiran yang telah kualami….. setengah mesin setengah manusia…..setengah gila? eh….waras ding….. huff
23:23….mesin mati…..otomatis….. biarlah….aku sudah terlanjur larut dalam kesenangan ini. Kesenangan untuk sebentar mengaktifkan ingatan memori dalam otakku, kupaksa bekerja ia sekarang …….hingga beberapa detik sesudahnya … sekelebat bayangan Rachel Corrie terlintas didepanku. ….
Kebahagiaan sesungguhnya ketika sudah kutemukan tujuan hidup
16 Maret 2003,…. Seorang perempuan muda nekat menjadi tembok manusia, setelah beberapa rekannya yang berlarian dan salah satu diantaranya terlempar di kawat berduri. Adalah Rachel Corrie, perempuan 23 tahun asal Olympia , di dekat Teluk Selatan Negara Bagian Washington. Perempuan muda ini nekat berlari menghadang  sebuah Buldozer ketika melihat sebuah buldoser Israel hendak menghancurkan sepetak rumah warga Palestina.

Para aktifis berusaha memperingatkan dengan megaphone, warga berteriak panik, tetapi bulldozer Israel Caterpillar D-9R buatan Amerika (yg aku tidak yakin didalamnya ada manusia, sebab mungkin saja ia sepertiku mahluk2 setengah mesin yang ingin menyelesaikan pekerjaannya ) itu tetap melaju, Corrie yang berlutut dengan tangan terlentang berbalut jaket jingga terang  tergilas. Roda – roda baja bulldozer itu dalam beberapa detik telah mengilas remuk tulang2 dan tubuh Corrie.
Ketika tiba di Rafah, Rachel saksikan tank, bulldozer, menara-menara sniper dan pos-pos penggeledahan Israel bertengger di antara puing-puing bekas pemukiman penduduk Gaza . Tembok baja raksasa dibangun di reruntuhan dekat perbatasan Mesir. Ia melihat di sekeliling; tampak orang-orang Palestina bertahan, meski penindasan terus berlangsung. Wajah-wajah lusuh itu menjalani hidup serba kekurangan, menderita dan menunggu giliran direnggut maut.

Itulah kisah jejakan pertama Rachel di bumi Palestina, seperti yang dikisahkan Craig Corrie, Mama Rachel Corrie. Rachel menceritakan bahaya di daratan gersang itu. Debam-debam ledakan nyaris tak berjedah diselingi suara peluru-peluru yang dimuntahkan. Sesekali jerit ketakutan penduduk samar terdengar. “Bisakah kau dengar itu…? Bisakah kau dengar itu…?” ujar Rachel terbata-bata saat pertama kali menelepon mamanya dari rumah seorang Palestina tempat dia tinggal.

Penderitaan penduduk Palestina memang belum akan berakhir di satu sisi mereka ditindas Zionis Israel , tetapi mereka juga harus tetap waspada akan kepentingan Hamas atau juga rezim buatan Amerika yang sedang menunggu untuk berkuasa selanjutnya.
Rachel, untuk pergi ke Palestina, kewajibankah? Tak seorangpun menyalahkanmu untuk mengurungkan niat itu,” ujar Mama Rachel. Rachel menjawab pasti, “Barang-barang sudah kukemas. Rasa takut itu manusiawi. Tapi kupikir, melakukannya tak mustahil. Harus kucoba, Mam.” Sebesar apapun bujukan keluarganya, niat Rachel tak tergoyahkan. tekad telah bulat,
Kusaksikan pembantaian yang tak kunjung putus dan pelan-pelan menghancurkan ini, dan aku benar-benar takut…. Kini kupertanyakan keyakinanku sendiri yang mendasar kepada kebaikan kodrat manusia. Ini harus berhenti!!!.”
Tidak peduli kiri atau kanan, beragama atau tidak, bendera merah kuning biru putih atau hitam sekalipun ketika ia telah menindas yang lainnya bukankah sudah seharusnya setiap manusia membela ke-manusiaan-nya ? …
Aku hanya bisa melihatnya di liputan berita sore dari televisi warna 14inc milik warung kopi sebelah kantor koperasi pertanian tempatku membudak waktu itu.
Wah cah edan kuwi….. wong sego jek penak kok bunuh diri” begitu komentar atasan saya.

Saya diam … malas menanggapinya… dan bertanya dalam hati apakah waras itu ?

Apakah “waras” yang dimaksud adalah hidup seperti yang diinginkan mayoritas ? Lahir, makan, tumbuh, bekerja, berkeluarga, beranak pinak lalu mati ?     Atau …  ??? ah tidak sebaiknya aku pulang saja,…. sumpah aku ingin sembuh sekarang. Sudah kucoba berkali – kali,… selalu gagal lagi ,… andai pikiran2 sesat ini bisa ku obati. Sungguh andai aku bisa seperti yang lainnya,… hidup saja ,.. jalani saja tak perlu banyak bertanya hingga tiba waktunya………..

Sigur Ros … track no: 4 - Viư spilum endalaust…… membawa saya melayang di udara beberapa saat,…… hingga….
24:30  cukup aku sudah lelah……….
 Gombes Pispot